Sequa

ditulis oleh Shafa Nirwasita Solin

“Sequa” adalah hasil dari latihan world building bersama teman-teman sekelas di program Creative Writing, di mana mereka membangun sistem dunia bersama, sebagai menteri-menteri dari kementerian dunia makhluk-makhluk di bawah laut.

 
 
Ilustrasi oleh Asha, Martin, dan Fai.

Ilustrasi siren laki-laki yang sedang duduk di atas batu dan karang laut, sambil menyanyikan lagu dengan para ikan. Oleh Asha, Martin, dan Fai.

Di kedalaman laut yang berkilau, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Sequa. Ia adalah seorang siren, terlahir dengan suara merdu yang bisa menyembuhkan luka dan menghapus kesedihan para penghuni lautan. Sequa mencintai kemampuannya dan sering membayangkan dirinya sebagai penyembuh yang membantu teman-temannya saat mereka sakit atau terluka. Namun, ada satu hal yang menghalangi impiannya. Ayah Sequa, seorang mantan ksatria yang terhormat, sangat melarangnya untuk mengikuti jejak ibunya, yang dulunya seorang penyembuh ternama. Ayahnya menginginkan Sequa menjadi ksatria atau jenderal, melindungi lautan dari bahaya. Setiap kali Sequa menyatakan keinginannya, ayahnya akan menatapnya dengan mata penuh kecemasan dan mengingatkan akan bahaya yang mengintai.

“Anakku,” kata ayahnya dengan suara lesu, “Ibumu pernah terkena serangan hebat saat sedang menyembuhkan penhuni laut. Aku tak ingin kau mengalami hal yang sama. Menjadi penyembuh bukanlah jalan yang aman. Ayah sangat khawatir...” Sequa memahami trauma yang dibawa ayahnya. Dia tahu betapa dalamnya luka yang ditinggalkan oleh kehilangan ibunya.

Seiring waktu, kerinduan untuk membantu makhluk laut semakin membara dalam dirinya.

Sequa percaya bahwa suaranya dapat membawa harapan dan kehidupan, meski ayahnya tidak mengerti bagaimana dia sangat memimpikan semua ini dan berharap ayahnya akan setuju suatu saat. Suatu hari, saat menyelam ke bagian terdalam lautan, Sequa menemukan sekelompok ikan kecil yang terjebak dalam jaring. Tanpa berpikir panjang, dia mulai menyanyi. Suaranya melambung di antara ombak, menembus kesedihan dan ketakutan mereka. Dalam sekejap, jaring itu terlepas, dan ikan-ikan itu bebas. Mereka berterima kasih kepada Sequa, dan dia merasakan kehangatan dalam hatinya. Kejadian itu mengubah segalanya. Sequa kembali ke rumah dengan semangat baru. Dia tahu bahwa meskipun ayahnya melarangnya, suaranya adalah anugerah yang harus dibagikan. Namun, saat dia mengungkapkan keinginannya untuk menyembuhkan lagi, ayahnya marah.

“Tidak, Sequa! Kau tidak mengerti risiko yang kau ambil! Harus berapa kali ayah memberitahumu? Kau tidak ingin nasibmu seperti ibumu kan!” teriak ayahnya.

Mendengar kata-kata itu, Sequa merasa hancur. Dia tidak ingin melawan ayahnya, tetapi dia juga tidak ingin mengabaikan panggilannya.

Dalam perjalanan hatinya yang penuh ketidakpastian, Sequa mulai mencari cara untuk membuktikan bahwa menjadi penyembuh tidak selamanya berbahaya. Sequa memutuskan untuk berlatih dengan hati-hati, menjelajahi lautan sambil menjaga jarak dari ancaman. Ia mulai menyanyikan lagu-lagu lembut untuk membantu hewan-hewan yang terluka, tanpa memberi tahu ayahnya. Suaranya membawa kebahagiaan bagi banyak makhluk, dan sedikit demi sedikit, kepercayaan dirinya tumbuh.

Suatu hari, saat Sequa berada di sebuah tepian gugusan karang, sebuah badai datang tiba-tiba dan begitu cepat. Gelombang besar menghantam, dan bersamaan itu dia melihat sosok yang terjebak di bawah air—seorang siren tua yang terhimpit oleh reruntuhan terumbu karang. Tanpa ragu, Sequa menyelam dengan cepat, berusaha membantu. Saat dia menyanyikan lagu penyembuhnya, suara merdunya menembus ketakutan dan kepanikan.

Sequa berhasil menarik siren tua itu ke permukaan dan membantunya bernapas. Dengan sentuhan lembut, dia menyembuhkan luka-lukanya. Ketika siren tua itu tersenyum, Sequa merasa ada sesuatu yang lebih besar dari dirinya yang sedang terjadi.

Saat kembali ke rumah, Sequa melihat ayahnya menatap dirinya dengan tajam dan penuh amarah.

“Harus berapa kali ayah memberitahumu! Kau tidak mengerti, kah? Ayah khawatir, Sequa! Kau harus mengerti betapa rapuhnya ayah saat ibumu tiada karena pekerjaannya itu! Kau ingin membuat ayah hancur?! Ayah tahu bahwa kau membantu siren tua itu saat gelombang besar menyerang! Kau tahu itu bahaya, bukan, Seq—?!” Sebelum ayahnya bisa menyelesaikan omelannya itu, Sequa memotongnya, dengan frustasi Sequa berkata, “Ayah tidak akan pernah mengerti maksud dan tujuan Sequa untuk memilih menjadi penyembuh seperti Ibu! Mereka butuh aku, Yah! Kenapa Ayah tak percaya padaku? Karena trauma Ayah saat Ibu tiada? Semua mahkluk memiliki takdir yah! Tak semuanya sama! Ayah harus tahu bahwa Ibu juga pasti tidak mau tiada saat itu! Ayah tak bisa melampiaskan trauma Ayah kepadaku! Aku muak ayah! Mulai sekarang aku tak peduli mau Ayah melarangku sekeras apapun akan kulakukan impian besarku!” Sequa berlari ke kamarnya.

“Sequa!” teriak ayahnya yang terlihat kesal dan frustasi. Berhari hari Sequa berlatih keras tanpa istirahat, bahkan Sequa sudah tak berbicara kepada ayahnya lagi untuk waktu dekat ini karena ia akan menghadapi ujian penyembuh terhebat di bawah laut ini.

Dan perjuangan sequa tidak sia-sia, akhirnya Sequa mendapat gelar penyembuh terhebat di seluruh lautan. Sequa menjadi terkenal dan memiliki banyak pasien. Hari ini adalah hari penobatan Sequa sebagai penyembuh terhebat, dalam hatinya ia berharap ayahnya akan menyaksikannya, tetapi ia sangat tahu ayahnya sangat menentang mimpinya ini, ia jelas tak berharap banyak. Selama upacara penobatan berlangsung Sequa melihat sekitar untuk mencari ayahnya, namun hasilnya nihil ayahnya tak hadir dalam acara penobatan ini. Akhirnya momen yang ditunggu tunggu telah tiba, yaitu penghujung acara, dimana nama Sequa akan di panggil dan ia akan di berikan tongkat sakral. “Sequa O’Briellio diharap menaiki panggung,” Sequa dengan bangga menaiki panggung. Di panggung Sequa dibacakan mantra dan akhirnya tongkat sakral itu diberikan kepada Sequa. “Silakan sampaikan sesuatu kepada rakyat dan petinggi, tuan muda Sequa.” Sequa tersenyum dan berbicara. “Terima kasih semua atas dukungannya selama ini. Terima kasih karena sudah mempercayai saya sebagai penyembuh terbaik. Saya harap kedepannya akan lebih baik lagi, sekian dan terima kasih.” Sequa mendapat banyak tepukan tangan dan sorakan penyemangat.

Sequa menuruni panggung, tak sengaja ia menabrak orang di depannya. “Ah maaf Tuan!” Sequa melirik dan betapa terkejutnya dia saat dia lihat ayahnya yang berdiri di hadapannya. Ayahnya tersenyum dan berkata dengan nada bangga. “Ayah tidak ingin kehilanganmu seperti Ayah kehilangan ibumu, makanya ayah sangat melarangmu untuk mengapai impianmu,” kata ayahnya perlahan. “Tapi, jika ini adalah jalanmu… mungkin aku harus belajar mempercayaimu.”

Dengan air mata di mata, Sequa mendekat dan memeluk ayahnya. Dari hari itu, mereka mulai mencari jalan bersama, di mana Sequa bisa menjadi penyembuh yang ia inginkan, sementara ayahnya melindungi dan mendukungnya dengan sepenuh hati. Bersama-sama, mereka membangun masa depan yang penuh harapan di lautan yang indah itu dengan penuh keharmonisan dan kebahagian.

Next
Next

Lowongan Kerja Education & Program Team